Jejak Digital di Rimba Gunung Picis

Senin, 29 September 2025 info

Ponorogo, 29 September 2025. Di Cagar Alam (CA) Gunung Picis, sekelompok petugas Balai Besar KSDA Jawa Timur menapaki jalur terjal dan lembab. Bukan sekadar patroli biasa, perjalanan ini adalah pertemuan antara kearifan lama dan sentuhan teknologi. Dengan tally sheet digital dan aplikasi Avenza Map di genggaman, setiap langkah mereka meninggalkan jejak data yang merekam denyut kehidupan hutan.

 

Selama empat hari patroli (22–25 September 2025), tim menyusuri 16 grid area Blok Hargokiloso, seluas kurang lebih 2,8 hektare. Setiap pohon besar, setiap hembusan angin, hingga setiap suara satwa direkam dan dipetakan secara digital, membawa konservasi memasuki babak baru berbasis teknologi.

 

Di lapangan, keajaiban biodiversitas menyingkap dirinya. Pohon-pohon endemik seperti Morosowo (Engelhardtia spicata), Pasang (Lithocarpus elegans), hingga Jambu-jambuan (Syzygium sp.) berdiri kokoh, ditemani anggrek langka seperti Macodes petola yang berkilau bak permata hutan. Suara Takur tohtor (Megalaima armillaris) bersahutan dengan langkah kecil Kijang (Muntiacus muntjak) yang melintas, seakan memberi salam kepada para penjaga rimba.

 

Lebih dari sekadar mencatat, teknologi memandu mereka menemukan pal batas kawasan nomor 36, 37, 38, 39, dan 84 yang masih utuh, meski sebagian terselimuti lumut. Informasi ini segera terekam dalam sistem, menjadi data penting untuk penguatan fungsi kawasan konservasi.

 

Yang paling menenangkan, tidak ditemukan jejak gangguan manusia terhadap keutuhan ekosistem. Gunung Picis tetap berdiri sebagai benteng kehidupan, dan melalui SMART Patrol berbasis digital, setiap detail hutan kini memiliki suara dalam bentuk data-data yang akan menentukan strategi besar konservasi di masa depan.

 

Teknologi kini bukan sekadar alat bantu, melainkan sahabat hutan yang memastikan setiap pohon, satwa, dan tetes air terjaga dalam catatan yang abadi dalam sebuah narasi yang bisa ditarik dari perjalanan sunyi namun sarat makna ini.

 

Dengan memadukan ketekunan manusia dan kecerdasan digital, Balai Besar KSDA Jawa Timur membuktikan bahwa konservasi bukan lagi sekadar kerja lapangan, melainkan kerja peradaban, yang meninggalkan warisan data, cerita, dan kehidupan untuk generasi mendatang. (dna)

 

Sumber: Bidang KSDA Wilayah  1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.8

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini