Jejak Flora Misterius di Alas Ireng: Anggrek Permata Hutan hingga Ficus Penjaga Sigogor

Senin, 22 September 2025 BBKSDA Jawa Timur

Ponorogo, 22 September 2025. Di jantung hutan yang oleh warga sekitar disebut Alas Ireng, hamparan hijau yang menyelimuti Cagar Alam Gunung Sigogor kembali menyingkap rahasia lamanya. Selama empat hari, 16–19 September 2025, tim SMART Patrol dari Resort Konservasi Wilayah 06, Seksi KSDA Wilayah II, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) menyusuri jalur-jalur tua yang sunyi. Dengan langkah kaki menyusuri blok Secenthong, mereka menyingkap catatan ekologi yang tak ternilai, di atas lahan seluas 7,19 hektare.

 

Flora Permata Hutan

Patroli kali ini mencatat deretan flora dominan yang menjadi penopang ekosistem hutan pegunungan. Pohon-pohon kokoh seperti Dali (Radermachera glandulosa), Pasang (Lithocarpus sp.), Ficus sp., hingga Nyampuh (Pygeum parviflorum) berdiri gagah, menjadi naungan bagi kehidupan lain. Pada lapisan bawah, Sirih hutan (Piper sp.), Tutup (Macaranga sp.), dan rumpun Bambu cacing (Dinochloa sp.) tumbuh rapat, memperkuat kesan rimba yang masih lestari.

 

Namun yang paling mencuri perhatian adalah temuan anggrek liar yang menempel di sela lembap batang pohon dan tanah berhumus. Jenis-jenis langka seperti Macodes petola, yang dikenal sebagai anggrek permata karena urat daunnya berkilau bagai emas, serta Calanthe triplicata, Aerides odorata, dan beberapa Dendrobium, seakan menjadi perhiasan alami Alas Ireng. Temuan flora ini menegaskan pentingnya hutan Sigogor sebagai kantong keanekaragaman hayati Jawa Timur.

 

Fauna Hutan yang Menyambut

Meski fokus utama adalah flora, tim juga mencatat kehadiran satwa liar yang masih bertahan. Dari suara kicau sulingan gunung (Cyornis sp.) hingga warna mencolok luntur harimau (Harpactes oreskios) yang melintas, hutan ini tetap menjadi panggung satwa. Jejak kijang (Muntiacus muntjak), kelincahan musang luwak (Paradoxurus hermaphrodites), dan sayup suara cica kopi (Pomatorhinus montanus) mempertegas bahwa ekosistem Sigogor masih hidup dan berdenyut.

 

Jejak Sejarah dan Gumuk Batu

Tak hanya tentang flora dan fauna, perjalanan ini juga menyingkap dimensi sejarah. Tim menemukan dua gumuk atau pal batu berpahat — NM 348 dan NM 371 — yang tertutup seresah dan lumut. Ada pula satu pal batas kawasan (Pal 153) yang kondisinya masih utuh meski nomornya tak terbaca. Temuan ini mengingatkan bahwa hutan tak hanya menyimpan kehidupan, tetapi juga jejak sejarah pengelolaan kawasan dari masa ke masa.

 

Kondisi Kawasan dan Edukasi

Selama patroli, tim tidak menemukan gangguan atau aktivitas ilegal yang mengancam keutuhan kawasan. Namun, interaksi dengan warga tetap dilakukan. Sosialisasi singkat disampaikan, ajakan untuk menjaga Alas Ireng tetap lestari. Edukasi sederhana ini menjadi jembatan penting antara konservasi dan masyarakat, agar hutan tetap terjaga, flora endemik tetap tumbuh, dan satwa liar tetap bebas berkeliaran.

 

Patroli di Gunung Sigogor membuktikan satu hal: hutan bukan sekadar bentangan pohon, tetapi ruang hidup yang penuh detail, dari daun yang berurat emas hingga burung yang berkicau di kejauhan. Ia menyimpan kehidupan, sejarah, dan harapan. Dan setiap langkah patroli adalah upaya kecil memastikan bahwa kekayaan itu tidak sirna ditelan waktu. (dna)

 

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini