Rabu, 01 Oktober 2025 BBKSDA Sumatera Utara
Tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara dan Yayasan Scorpion Indonesia saat tiba di lokasi pelepasliaran, Kamis (25/9/2025).
Langkat, 1 Oktober 2025 – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara berkolaborasi dengan Yayasan Scorpion Indonesia (YSI) kembali melaksanakan pelepasliaran 19 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada Kamis (25/9/2025).
Kegiatan pelepasliaran dilakukan di kawasan hutan mangrove pada Resor Konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut III, tepatnya di daerah terusan Secanggang. Proses pelepasliaran dilakukan dengan mengangkut satwa tersebut menggunakan dua unit sampan menuju lokasi yang aman di dalam kawasan hutan.
Dari total 19 ekor tersebut, 14 ekor berasal dari hasil rehabilitasi yang dilakukan YSI, sementara 5 ekor lainnya berasal dari kandang sementara pada Seksi Konservasi Wilayah II Stabat. Seluruh satwa telah melalui masa karantina serta pemeriksaan kesehatan sehingga dipastikan dalam kondisi sehat dan siap dilepasliarkan ke habitatnya.
Mengapa pelepasliaran penting?
Monyet ekor panjang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Satwa ini dikenal sebagai salah satu satwa penyebar biji alami, yang membantu meregenerasi hutan dengan menyebarkan biji-bijian dari berbagai buah yang mereka konsumsi. Penelitian menunjukkan, satwa ini mampu menyebarkan lebih dari 80 jenis tumbuhan, sehingga menjadikannya sebagai salah satu satwa kunci dalam menjaga kelestarian hutan tropis.
Pelepasliaran juga merupakan bentuk pemulihan hak hidup satwa liar. Banyak monyet ekor panjang yang sebelumnya ditangkap dari alam untuk dipelihara secara ilegal atau menjadi korban perdagangan. Dengan dikembalikannya ke alam, mereka dapat kembali menjalani kehidupan alaminya di habitat asli.
Selain itu, pelepasliaran juga akan membantu dalam mengurangi interaksi negatif antara manusia dan satwa. Jika dibiarkan berada di sekitar pemukiman, monyet ekor panjang kerap kali merusak tanaman warga untuk mencari makan. Dengan dikembalikan ke habitat yang sesuai, potensi interaksi negatif tersebut dapat diminimalisir.
Lebih jauh, kegiatan ini juga menjaga populasi alami dan keanekaragaman genetik monyet ekor panjang di habitatnya. Populasi yang sehat dan beragam penting untuk memastikan kelestarian spesies ini, terutama di tengah ancaman kerusakan habitat.
Pesan konservasi untuk masyarakat.
Pelepasliaran tidak hanya menyelamatkan satwa, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Masyarakat diingatkan kembali bahwa satwa liar bukanlah hewan peliharaan. Keberadaan mereka jauh lebih bermanfaat ketika hidup bebas di alam karena berkontribusi menjaga keseimbangan ekosistem.
Melalui kegiatan ini, BBKSDA Sumatera Utara bersama YSI menegaskan komitmennya untuk terus berupaya melakukan penyelamatan satwa liar dan menjaga kelestarian hutan di Sumatera Utara. Dukungan dari masyarakat untuk tidak memelihara atau memperdagangkan satwa liar menjadi bagian penting dari keberhasilan konservasi.
Proses pengangkutan monyet ekor panjang dengan menggunakan sampan, Kamis (25/9/2025).
Sumber: Eva Suryani Sembiring, S. Hut (Penyuluh Kehutanan) dan Resor KGLTL III-Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5