Jumat, 10 Oktober 2025 BBKSDA Jawa Timur
Tuban, 8 Oktober 2025. Di antara bebatuan karst Cagar Alam Gua Nglirip, titik-titik air menetes perlahan dari selang-selang infus tanaman yang terpasang di batang-batang muda. Tetesan itu seolah membawa pesan kehidupan baru, bahwa di tengah ancaman kebakaran hutan dan kekeringan panjang, inovasi sederhana bisa menjadi penentu bagi kelestarian hutan alam.
Tim Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) tengah menuntaskan kegiatan pembuatan sekat bakar tanaman dengan sistem infus tetes air. Sebuah inovasi penyiraman yang dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Cagar Alam Gua Nglirip, Kabupaten Tuban.
Kegiatan ini bukan hanya rutinitas konservasi, melainkan langkah strategis menghadirkan solusi berbasis teknologi sederhana namun berdampak besar. Dukungan penuh datang dari PLN Nusantara Power Tanjung Awar-Awar Tuban, yang melalui mekanisme Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2025, turut menyalurkan energi sosialnya demi menjaga keberlanjutan ekosistem hutan.
“Kami memastikan bahwa sekat bakar tanaman ini bukan hanya sekadar pagar hijau, tapi juga menjadi zona transisi ekologis yang hidup dan adaptif terhadap perubahan iklim. Sistem infus tetes membantu tanaman bertahan di musim kering, sekaligus menjaga kelembapan tanah di sekitar kawasan rawan api,” ujar Gatot Kuncoro Edi, SP.,M.Hum., Kepala Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro.
Inovasi Hijau di Tanah Karst
Sekat bakar yang dibangun di kawasan Gua Nglirip dirancang dalam dua lapisan vegetasi adaptif. Lapisan dalam, terdiri atas jenis-jenis tanaman tahan api khas kawasan, terutama dari famili Ficus sebanyak 175 batang. Sedangkan Lapisan luar, berada di area penyangga milik Perhutani (buffer zone) ditanami tanaman buah tahan api seperti nangka (58 batang), mangga (57 batang), alpukat (44 batang), dan sirsak (16 batang), total sebanyak 175 batang.
Dengan demikian, seluruh sekat bakar ditanami 350 batang pohon yang tidak hanya berfungsi menahan perambatan api, tapi juga memperkuat ikatan sosial-ekologis antara kawasan konservasi dan masyarakat sekitar.
Untuk menopang pertumbuhan tanaman, tim membangun tiga tandon air (toren) lengkap dengan jaringan distribusi air yang mengelilingi kawasan. Dari titik-titik inilah sistem “infus tetes tanaman” bekerja, air menetes perlahan, terukur, dan konsisten, menghidupi akar-akar muda di musim kemarau yang panjang.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap batang tanaman yang ditanam benar-benar tumbuh dan berfungsi ekologis. Prinsipnya sederhana, menanam untuk bertahan, bukan sekadar menanam untuk laporan,” ujar Kepala Bidang KSDA Wilayah I Madiun, Agustinus Krisdijantoro, S.Si., M.P.
Menurutnya, inovasi ini merupakan bagian dari strategi penguatan kawasan konservasi berbasis adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Cagar Alam Gua Nglirip adalah kawasan yang sensitif dan unik. Tanah karst mudah kering, tapi menyimpan daya lenting ekologis tinggi bila dikelola cermat. Inovasi seperti ini sangat penting untuk menjaga fungsi ekologis jangka panjang,” tambah Agus.
Dukungan Energi untuk Alam
Sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan program ini. Melalui kolaborasi dengan PLN Nusantara Power Tanjung Awar-Awar Tuban, kegiatan konservasi di Gua Nglirip bukan sekadar kegiatan ekologis, melainkan manifestasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjaga daya dukung lingkungan sekitar.
“Kami mengapresiasi dukungan PLN Nusantara Power yang konsisten berkontribusi pada upaya konservasi sumber daya alam. Ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian alam tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus bergerak bersama, lintas sektor, dan berkelanjutan,” ungkap Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc.
Beliau menambahkan bahwa langkah-langkah seperti ini merupakan bukti bahwa konservasi tidak selalu harus spektakuler, tetapi harus tepat guna, tepat sasaran, dan berkelanjutan.
Menanam Air, Menumbuhkan Harapan
Di tengah ancaman kekeringan dan kebakaran hutan yang kian sering melanda Jawa Timur, kegiatan di Cagar Alam Gua Nglirip menjadi simbol komitmen baru, menanam air sebelum menanam pohon. Melalui tetes-tetes air yang meresap di tanah karst, kehidupan baru mulai tumbuh, membawa pesan bahwa konservasi adalah tindakan nyata yang menetes perlahan, tapi pasti menghidupkan kembali bumi. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0