Selasa, 16 Desember 2025 BTN Bantimurung Bulusaraung
Induk Tarsius Makassar (Tarsius fuscus ) menunjukkan perilaku membawa bayinya dengan cara menggigit tengkuk atau tubuh bayi menggunakan mulut.
Maros, 16 Desember 2025 – Kepala Balai Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, T. Heri Wibowo, S.Hut., M.Eng, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan program konservasi Suaka Tarsius Makassar (Sanctuary Tarsius fuscus) yang ditandai dengan peristiwa kelahiran kelima di dalam kandang Suaka Tarsius Makassar, Kawasan Pattunuang,TN Bantimurung Bulusaraung.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Desember 2025, di mana seekor bayi Tarsius Makassar berhasil dilahirkan oleh induk betina bernama TARA di dalam kandang semi-alami berukuran 24m x 18m x 6m. Bayi yang belum diketahui jenis kelamin ini merupakan individu ke-23 (T23) yang tercatat pernah berada dalam kandang. Sang induk, TARA, bersama jantan dewasa TARU dan anak betina TARI, telah menjalani proses habituasi di kandang tersebut sejak Desember 2024 dengan perawatan dan pakan serangga yang terkontrol.
“Kelahiran ini adalah sebuah capaian konservasi yang sangat membanggakan. Ini membuktikan bahwa upaya penyelamatan satwa endemik Sulawesi Selatan ini dapat dilakukan melalui pendekatan Suaka Tarsius Makassar yang terkelola dengan baik,” ungkap T. Heri Wibowo, dalam pernyataannya.

Suaka Tarsius Makassar (Sanctuary Tarsius fuscus), Kawasan Pattunuang, TN Bantimurung Bulusaraung.
Pengamatan lapangan melaporkan bahwa bayi tarsius yang memiliki bulu kepala coklat keabuan dan badan coklat krem dengan ekor hitam tersebut tumbuh dengan sehat. Induk TARA menunjukkan perilaku keibuan yang baik, seperti menyusui, grooming (membersihkan tubuh), serta sesekali menggigit dan menggendong bayinya. Hanya dalam waktu seminggu, bayi tersebut telah menunjukkan perkembangan pesat dengan mampu berpegangan dan hinggap di batang bambu secara mandiri di bawah pengawasan induknya.
Peristiwa kelahiran di dalam kandang untuk pertama kalinya oleh Balai Penelitian Kehutanan Makassar pada 2012 di Kawasan Pattunuang. Keberhasilan kelahiran kelima di kandang ini tidak terlepas dari kondisi lingkungan kandang yang menyerupai habitat alami serta pemenuhan pakan berupa 25-50 ekor serangga per individu per malam.
“Sukses reproduksi di Suaka Tarsius Makassar adalah indikator kunci keberhasilan adaptasi dan kesejahteraan satwa. Ini membuka peluang bagi penguatan populasi di habitat alami melalui program pelepasliaran di masa depan,” jelas Kamajaya Shagir, Pengendali Ekosistem Hutan.
Dengan kelahiran ini, jumlah individu di dalam kandang kini menjadi 4 individu. Sementara itu, di luar kandang, Suaka Tarsius Makassar seluas 6,17 ha menaungi populasi alami sebanyak 36 individu yang tersebar dalam 8 kelompok. Data jangka panjang menunjukkan rata-rata kenaikan populasi tahunan di lokasi monitoring Suaka Tarsius Makassar mencapai 23%, atau peningkatan kumulatif sebesar 125% dari data dasar. Peningkatan signifikan ini turut didorong oleh keberhasilan pelepasliaran individu-individu yang sebelumnya menjalani habituasi di kandang Suaka Tarsius Makassar.

Kandang Tarsius Makassar, Kawasan Pattunuang, TN Bantimurung Bulusaraung.
T. Heri Wibowo, menambahkan, “Kelahiran bayi tarsius ini adalah secercah harapan bagi dunia konservasi Indonesia, khususnya untuk penyelamatan primata nokturnal endemik Sulawesi Selatan. Ini membuktikan komitmen dan sinergi panjang antara berbagai pihak terkait dalam melestarikan keanekaragaman hayati.”
Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan berkomitmen untuk terus mendukung upaya konservasi Tarsius Makassar dan satwa endemik lainnya. Semoga bayi tarsius yang baru lahir beserta seluruh keluarganya tetap tumbuh sehat dan kuat, menjadi penerus populasi Tarsius Makassar di TN Bantimurung Bulusaraung.
Sumber: Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan Tim Kerja Suaka Tarsius Makassar
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5