Sempat Mencengkeram Petugas, Tiga Elang Berhasil Dievakuasi

Jumat, 12 Desember 2025 BBKSDA Jawa Timur

Malang, 11 Desember 2025. Di Desa Tumpang, Kabupaten Malang, menyimpan sebuah kisah yang jarang dilihat publik, kisah tentang keberanian, empati, dan kerja hening para petugas konservasi. Kamis, 11 Desember 2025, dua ekor elang brontok (Nisaetus cirrhatus) dan satu Elang-ular bido (Spilornis cheela) diserahkan oleh warga setempat kepada Balai Besar KSDA Jawa Timur. Ketiganya adalah predator puncak yang menjadi indikator kesehatan ekosistem hutan Jawa.

 

Semuanya berawal ketika warga setempat, Agus, berinisiatif melapor kepada RKW 18 Malang bahwa ia hendak menyerahkan satwa dilindungi yang selama ini berada dalam penguasaannya. Didampingi Djoko Puruito, pensiunan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, informasi tersebut diteruskan kepada Tim Penyelamatan Satwa Liar (Matawali) Resort Konservasi Wilayah (RKW) 18 Malang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim). Kesadaran dan kemauan masyarakat seperti inilah yang menjadi pondasi penting bagi upaya perlindungan satwa liar.

 

Saat petugas, melakukan evakuasi, ketegangan kecil sempat terjadi. Sebagaimana sifat alaminya, elang memiliki cakar kuat yang digunakan untuk berburu dan mempertahankan diri. Dalam sekejap, cengkeraman tajam itu melukai jari warga dan petugas. Namun luka tersebut bukanlah alasan untuk mundur. Dengan teknik penanganan yang hati-hati, cengkeraman elang berhasil dilepaskan tanpa menimbulkan cedera pada satwa.

 

Peristiwa itu memperlihatkan satu hal yang kerap luput dari perhatian publik, bahwa konservasi bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan komitmen untuk menghargai kehidupan lain, seberapa liar dan berbahayanya sekalipun. Setiap evakuasi adalah pertaruhan kecil antara risiko dan dedikasi, namun selalu berpihak pada keselamatan satwa.

 

Setelah proses penyerahan, ketiga elang tersebut sementara diamankan di kantor RKW 18 Malang untuk selanjutnya akan ditranslokasi ke kandang transit Unit Penyelamatan Satwa (UPS) Balai Besar KSDA Jawa Timur di Juanda. Mereka kini berada dalam penanganan yang tepat, menunggu pemeriksaan lebih lanjut sebelum diarahkan ke habitat perlindungan yang lebih sesuai.

 

Cerita ini menjadi bukti bahwa hubungan antara manusia dan satwa liar dapat berjalan harmonis ketika kesadaran, keberanian, dan kolaborasi tumbuh bersamaan. Di balik setiap cengkeram sang raja langit, selalu ada tangan-tangan yang berani menyelamatkannya, demi memastikan bahwa langit Jawa tetap menjadi ruang bebas bagi para pemangsa yang menjadi simbol kekuatan ekosistem kita. (dna)

 

Sumber : Bidang KSDA Wilayah III Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini