Senin, 03 November 2025 BBKSDA Jawa Timur
Surabaya, 31 Oktober 2025. Siapa sangka, di antara gemerlap lampu kota dan lalu lintas padat kawasan Wiyung, seekor elang tiba-tiba tampak melayang rendah, kehilangan arah di tengah deru kendaraan dan gedung-gedung tinggi. Langit kota yang biasanya dikuasai kabut polusi sore itu menjadi saksi langka, satu individu satwa dilindungi jatuh di jantung Surabaya.
Beruntung, keberadaannya disadari oleh Ivan Faris, seorang warga Dukuh Menanggal, Gayungan. Saat pulang kerja, matanya menangkap sosok burung besar yang tampak kelelahan di tepi jalan. Tanpa ragu, ia mendekat, memastikan satwa itu aman, dan dengan penuh kepedulian menghubungi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) untuk menyerahkannya secara sukarela.
Menindaklanjuti laporan Ivan, pada Jumat, 31 Oktober 2025, Tim Penyelamatan Satwa Liar (MATAWALI) Seksi KSDA Wilayah III Surabaya segera diterjunkan ke lokasi. Tiga petugas, Sinung Ariyanto (Penelaah Teknis Kebijakan), Yudianang Indra Irwan (Polisi Kehutanan Penyelia), dan Hartono (Polisi Kehutanan Terampil), melakukan evakuasi dan identifikasi lapangan.
Hasil pemeriksaan memastikan bahwa burung tersebut adalah Elang Bondol (Haliastur indus), seekor pemangsa berukuran sedang yang menjadi simbol langit pesisir Nusantara. Dalam kondisi sehat, satwa itu kemudian dibawa menuju Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jawa Timur di Sidoarjo untuk pemeriksaan lanjutan dan perawatan sementara.
Elang bondol adalah spesies yang dilindungi berdasarkan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta terdaftar dalam CITES Apendiks II, yang berarti perdagangannya diatur ketat di seluruh dunia.
Biasanya, burung ini menghuni wilayah perairan, rawa, atau hutan mangrove. Namun, perubahan bentang alam dan tekanan habitat membuat beberapa individu kerap tersesat hingga ke kawasan perkotaan.
Kasus di Surabaya ini menjadi pengingat bahwa kehidupan liar masih berjuang di antara dinding beton dan atap rumah-rumah manusia.
“Setiap laporan masyarakat yang menyerahkan satwa secara sukarela sangat berarti bagi upaya konservasi. Ini menunjukkan kesadaran ekologis yang tumbuh di tengah kehidupan urban,” ungkap Yudianang Indra, tim MATAWALI di lokasi evakuasi.
Kini, elang bondol itu berada di tempat aman, di bawah pemantauan petugas wildlife rescue unit. Setelah dinyatakan sehat dan siap, ia akan dikembalikan ke habitat alaminya, langit bebas, tempat seharusnya ia terbang.
Sementara itu, tindakan sederhana Ivan menjadi kisah inspiratif yang menunjukkan bahwa kepedulian tidak selalu menuntut kekuatan besar; cukup satu panggilan telepon, satu niat baik, dan satu langkah berani untuk menjaga kehidupan liar tetap lestari.
Elang bondol dikenal pula dengan nama Brahminy Kite, burung pemangsa berwarna dada putih dan tubuh coklat kemerahan. Ia merupakan simbol kewaspadaan dan semangat kebebasan, serta menjadi maskot Jakarta. Dalam budaya Nusantara, burung ini dipercaya sebagai penjaga langit dan penanda keseimbangan antara manusia dan alam. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5