Kamis, 16 Oktober 2025 BBKSDA Jawa Timur
Tuban, 13 Oktober 2025. Suara desir angin menelusup di antara bebatuan karst Gua Nglirip saat seekor Elang brontok (Nisaetus cirrhatus) mengepakkan sayapnya menuju langit biru. Ia menembus udara kawasan karst Tuban, melingkar di atas hutan alami yang menjadi rumah barunya. Dari satwa sitaan hasil penegakan hukum, kini elang itu kembali menjadi bagian dari rantai kehidupan liar yang semestinya, bebas dan berdaulat di alam.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) bersama PT. PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar, serta dukungan berbagai pihak melaksanakan pelepasliaran satwa hasil rehabilitasi tersebut di kawasan Cagar Alam Gua Nglirip, Kabupaten Tuban, 13 Oktober 2025. Selain itu turut hadir Perum Perhutani KPH Parengan, Muspika Montong, Pemerintah Desa Guwoterus dan Tingkis, Kelompok Tani Lembu Suro, masyarakat sekitar kawasan, siswa SD Guwoterus II, dan komunitas lingkungan “Masyarakat Ficus Tuban”.
Gua Nglirip bukan sekadar bentang batuan karst, tetapi sebuah mosaik kehidupan di mana air, hutan, dan satwa berpadu dalam sistem ekologis yang rapuh sekaligus menakjubkan. Kawasan ini merupakan bagian dari ekosistem karst Tuban Timur yang meliputi Merakurak, Plumpang, Rengel, Widang, Montong, Jatirogo, hingga Senori, wilayah yang menjadi penopang sumber-sumber mata air utama seperti Krawak, Merakurak, dan Rengel.
Survei habitat menunjukkan bahwa kawasan ini sangat sesuai untuk pelepasliaran Elang Brontok, yang merupakan predator puncak penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Satwa tersebut sebelumnya merupakan barang bukti hasil penegakan hukum oleh Bareskrim Polri pada 5 Agustus 2024, dan telah melalui proses panjang rehabilitasi di bawah pengawasan BBKSDA Jawa Timur. Pemeriksaan kesehatan, observasi perilaku, hingga adaptasi pakan dilakukan agar satwa siap kembali menghadapi alam bebas.
“Pelepasliaran ini bukan sekadar simbol, tetapi bentuk nyata dari upaya mengembalikan fungsi ekologis kawasan konservasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga habitat satwa liar,” ujar Nofi Sugianto, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Jawa Timur, dalam sambutannya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini juga menjadi momentum edukasi bagi generasi muda, agar belajar menghormati kehidupan liar dan berhenti melakukan perburuan satwa di kawasan konservasi.
Dukungan dari sektor swasta juga menjadi kunci. Yunan Kurniawan, Senior Manager PT PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen PLN dalam menjaga keanekaragaman hayati melalui program Nusantaraversary Green Fest bertema “Hijaukan Bumi dan Lestarikan Satwa demi Masa Depan Berkelanjutan”.
Sementara itu, di tempat terpisah, Nur Patria Kurniawan, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata kolaborasi pentahelix antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat, akademisi, dan media.
“Sinergi seperti ini adalah kunci untuk menjaga, menyelamatkan, dan melestarikan keanekaragaman hayati Jawa Timur. Saat seekor elang kembali ke langit, itu bukan hanya kisah pelepasan, melainkan simbol kembalinya keseimbangan ekosistem,” tegasnya.
Kini, di langit Gua Nnglirip, sayap elang brontok itu menjadi saksi bahwa upaya konservasi bukan sekadar tugas, melainkan panggilan nurani untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 4.4