Ternyata Debit Air Bawean Bernilai 6,8 Miliar Rupiah per Tahun, Begini Peran Hutan dan Danau Kastoba

Selasa, 30 September 2025 BBKSDA Jawa Timur

Bawean, 30 September 2025. Siapa sangka, air yang mengalir dari hutan-hutan Pulau Bawean ternyata menyimpan nilai ekonomi fantastis: Rp6,8 miliar per tahun. Temuan ini terungkap dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Izin Pemanfaatan Air (IPA) Non Komersial yang dilaksanakan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) pada 23–27 September 2025.

 

Tim BBKSDA Jatim yang terdiri dari Luvi Andari, S.Si., Eka Heryadi, S.Hut., dan beberapa staf teknis menelusuri sumber air di Kudu-Kudu hingga Danau Kastoba, jantung air terbesar di Pulau Bawean yang berada di kawasan Cagar Alam Pulau Bawean. Selain survei lapangan, tim juga menggelar sosialisasi bersama kelompok pemegang izin IPA non komersial untuk membahas hak dan kewajiban sesuai Permen LHK No. 18/2019 dan Perdirjen PHKA No. 22/2014.

 

Dalam dialog, muncul beragam persoalan yang disuarakan masyarakat. Mulai dari anggapan pohon jati memengaruhi debit air, hingga pertanyaan terkait pengelolaan sumber air di eks-penangkaran rusa. Ada pula usulan untuk menanam bibit Gondang (Ficus variegata) sebagai penguat sumber air.

 

Menanggapi hal itu, tim memberikan beberapa solusi, di antaranya mendorong penguatan kelembagaan melalui keputusan Kepala Desa serta mengkomunikasikan pemanfaatan sumber air di bekas penangkaran rusa kepada pengelola.

 

Dalam paparannya, Eka Heryadi, S.Hut., selaku Penyuluh Kehutanan menegaskan bahwa air yang selama ini dimanfaatkan bukan hanya menyokong kehidupan, tetapi juga memberi dampak ekonomi luar biasa.

 

“Nilai kontribusi ekonomi (NKE) air Bawean mencapai Rp6,8 miliar per tahun. Angka ini bukan sekadar rupiah, melainkan simbol betapa pentingnya menjaga hutan agar air tetap mengalir,” ujarnya.

 

Selain itu, tim juga mengunjungi sejumlah Kelompok Tani Hutan (KTH), di antaranya KTH Mutiara Madu di Desa Paromaan, KTH Putra Daun di Desa Daun, serta KTH Mustika Aren yang menghasilkan gula aren khas Bawean. Kehadiran KTH ini menunjukkan bahwa konservasi hutan tidak hanya menjaga air, tetapi juga membuka peluang ekonomi berkelanjutan.

 

Sebagai tindak lanjut, kegiatan monitoring dan pendampingan akan dilakukan secara rutin minimal setahun sekali, data nilai kontribusi ekonomi terus diperbarui, dan pendampingan bagi kelompok pemegang izin diperkuat.

 

Pulau Bawean mengajarkan satu hal penting, bahwa air bukan sekadar sumber daya alam, melainkan warisan kehidupan. Menjaganya berarti memastikan bahwa generasi mendatang tetap bisa meneguk resapan kesegaran Danau Kastoba dan merasakan manfaat hutan yang lestari. (dna)

 

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini