Drama Monyet Liar Plaza Lamongan

Jumat, 08 Agustus 2025 BBKSDA Jawa Timur

Lamongan, 8 Agustus 2025. Seekor monyet ekor panjang berkeliaran di kawasan Plaza Lamongan, memanjat atap rumah dan menembus keramaian kota, menebarkan kegelisahan sekaligus keingintahuan. Tak hanya warga yang resah, dunia maya pun riuh. Dokumentasi kemunculan satwa itu menyebar viral di media sosial, memunculkan tanya besar, Mengapa satwa liar ini kini berada di tengah manusia?

 

Menanggapi kejadian ini, Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) bergerak cepat. Melalui Tim Penyelamatan Satwa Liar (Matawali) Seksi KSDA Wilayah III Surabaya, intervensi lapangan dilakukan bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan. Di bawah panas matahari dan tatapan ratusan warga, tim memulai operasi yang tak hanya menuntut keahlian, tapi juga empati.

 

Pada Kamis, 31 Juli 2025, upaya penembakan bius dilakukan. Monyet terkena tembakan, namun sempat kabur ke arah permukiman padat. Malam itu, penyisiran dilakukan hingga pukul 20.30 WIB. Sayangnya, keberadaan satwa tak kunjung ditemukan.

 

Perjuangan belumlah usai, tim menemukan fakta lain, dua ekor monyet peliharaan milik seorang warga tinggal di sekitar lokasi kemunculan satwa liar. Dugaan menguat bahwa satwa liar itu tertarik mendekat karena mendeteksi keberadaan sejenisnya. Ini bukan hanya soal satu ekor monyet liar, tapi soal ekologi yang retak di antara tembok beton kota.

 

Kematian yang membuka mata, Senin, 4 Agustus 2025, pagi hari. Di depan salah satu SMA Lamongan, seekor monyet ditemukan tak bernyawa. Tim BBKSDA Jatim dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Lamongan memastikan bahwa itulah satwa yang sempat dibius beberapa hari sebelumnya.

 

Tak ada luka tembak. Tak ada tanda racun. Tapi luka di kepala cukup parah. Diduga, ia tertabrak kendaraan saat mencoba mencari tempat aman.

 

Kematian itu diam-diam menyisakan kesedihan. Seekor satwa liar yang kehilangan habitat dan arah, akhirnya menemukan akhir hidupnya bukan di hutan, tapi di trotoar jalan kota.

 

Di hari yang sama, sebuah babak baru terbuka. Pemilik dua monyet peliharaan, Ibu guru SMP menyerahkan satwa tersebut secara sukarela. Namun drama belum usai. Kunci kandang hilang. Evakuasi harus dilakukan paksa, dengan pembiusan ringan untuk keamanan satwa dan petugas.

 

Kedua monyet kini berada di Wildlife Rescue Unit BBKSDA Jatim untuk observasi dan rehabilitasi.

 

Kisah ini tidak berhenti pada kematian dan penyerahan. Ia membuka ruang dialog, bagaimana kita memaknai kehadiran satwa liar di ruang urban? Bagaimana kebiasaan memelihara satwa non-domestik memberi dampak terhadap  interaksi negatif antara manusia dan satwa ?

 

BBKSDA Jatim bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan merancang gerakan sosialisasi “One Health – One Conservation”,  Tak sekadar kampanye, tapi usaha kolektif menyatukan konservasi, kesehatan hewan, dan kesadaran warga.

 

Seekor monyet mungkin telah mati. Tapi dari tragedi itu, lahir harapan baru. Ketika masyarakat mulai menyerahkan satwa secara sukarela. Ketika dunia pendidikan mulai terlibat. Ketika institusi negara tak hanya menindak, tetapi merangkul.

 

Di tengah bangunan dan hiruk pikuk lalu lintas kota, satwa liar masih mencari ruang hidup. Dan kita, manusia, masih punya pilihan, menjadi pengusir, atau penjaga harmoni. (dna)

 

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini