Balai TN Wakatobi Gaungkan Kolaborasi Antar Generasi Dengan 2.025 Bibit Mangrove

Senin, 28 Juli 2025 BTN Wakatobi

Matahora, 28 Juli 2025. Sebuah semangat kolaborasi tumbuh dari akar-akar mangrove di pesisir Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi menggelar Aksi Penanaman 2.025 bibit mangrove sebagai bagian dari rangkaian kampanye nasional “Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025” sekaligus diperingati dalam momentum Hari Mangrove Sedunia yang jatuh setiap tanggal 26 Juli, sebagai titik awal dari berbagai aksi nyata konservasi menuju peringatan puncak HKAN 2025 yang akan diselenggarakan pada bulan Agustus mendatang.

Mengangkat semangat bersama dalam menjaga ekosistem pesisir, kegiatan ini berlangsung di kawasan pesisir Pantai Melai One, Desa Matahora yang menjadi bagian dari zona rehabilitasi mangrove dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Puluhan peserta dari lintas sektor berkumpul untuk menanam mangrove demi menjaga keseimbangan lingkungan pesisir dan laut.

Menyemai Harapan dari Akar Mangrove

Kawasan Pantai Melai One di Desa Matahora saat ini berada dalam fase pemulihan pasca-restorasi mangrove yang cukup intensif selama 2022–2023 dan terus menunjukkan perkembangan positif. Kawasan ini telah menjadi fokus upaya pemulihan ekosistem pesisir melalui aksi-aksi penanaman mangrove berkelanjutan, melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelajar, hingga masyarakat lokal. Sejumlah bibit hasil penanaman beberapa tahun terakhir telah menunjukkan respon positif terhadap lingkungan setempat. Bibit ditanam di area pasang surut dengan teknik rumpun berjarak menunjukkan tingkat adaptasi baik terhadap lingkungan perairan dangkal sekitar pantai. Lokasi ini memiliki potensi kuat sebagai kawasan penyangga pesisir sekaligus habitat penting bagi biota laut di Wakatobi, dengan manfaat ekologis dan sosial yang signifikan di masa depan.

Ekosistem mangrove di Pantai Melai One kini berfungsi kembali dengan banyak manfaat ekologis, selain berfungsi sebagai penjaga garis pantai dari abrasi dan peredam gelombang, hutan mangrove ini juga berperan sebagai rumah bagi ribuan biota laut seperti kepiting bakau dan ikan-ikan kecil. Mangrove juga yang tak banyak diketahui juga memiliki kemampuan menyerap karbon lebih besar dibandingkan jenis hutan lainnya hingga penghasil oksigen yang mampu mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Meskipun demikian, tantangan masih ada, terutama terkait perlunya pemeliharaan pascatanam, pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi merusak, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam jangka panjang. Di sinilah letak pentingnya kampanye dan edukasi secara konsisten yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Wakatobi: membina kolaborasi multipihak guna memastikan keberlanjutan fungsi ekologis kawasan ini dan membangun kesadaran kolektif bahwa mangrove adalah penyelamat ekosistem pesisir.

Suara dari Masyarakat Pesisir

Salah satu warga dari Desa Matahora, Bapak La Ode Kasrun turut membagikan pengalamannya dalam menjaga dan merawat ekosistem mangrove di sekitar desanya. Menurutnya, kerusakan mangrove berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. “Kalau mangrove rusak, ikan berkurang. Kami sebagai masyarakat pesisir yang bergantung pada hutan mangrove  yang paling merasakan dampaknya. Jadi, kami juga harus ikut menjaganya,” jelasnya.

Kisah seperti ini memperlihatkan bahwa masyarakat pesisir sesungguhnya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya mangrove, asalkan mereka diberi ruang untuk berpartisipasi dan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan konservasi.



Road HKAN 2025, Aksi Nyata dari Pesisir Kita Bersatu

Peringatan Hari Mangrove Sedunia ini menjadi langkah awal dari rangkaian kampanye nasional “Road to HKAN 2025”, kampanye besar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dalam memperingati Hari Konservasi Alam Nasional. Dengan menjadikan momentum ini sebagai titik tolak, Balai Taman Nasional Wakatobi berharap dapat menggaungkan lebih luas lagi pentingnya perlindungan kawasan pesisir, terutama melalui pelibatan generasi muda dan kelompok-kelompok strategis lainnya.

Dalam sambutannya, Kepala SPTN Wil. I Wangi-Wangi mewakili Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi menyampaikan bahwa Balai Taman Nasional Wakatobi mendorong konservasi kolaboratif. ”Kami mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat. Menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama untuk keberlanjutan sumber daya bagi masyarakat pesisir juga kelestarian lingkungan,” ungkapnya.

Mengusung semangat “Membangun Sinergi antar Generasi untuk Masa Depan Konservasi”, Momentum ini menjadi panggung kecil namun penting untuk memperkuat kerjasama multipihak. Dirancang untuk memperkuat kolaborasi lintas usia dalam menjaga ekosistem mangrove. Pelibatan mahasiswa dari berbagai universitas lokal seperti STAI Wakatobi, ITBM Wakatobi, dan AKKP Wakatobi turut serta, membawa semangat muda dan ide-ide kreatif untuk edukasi lingkungan. Generasi muda tidak hanya diajak untuk melihat, tetapi untuk berbuat; bukan sekadar menjadi saksi, tetapi menjadi pelaku perubahan.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Wakatobi, Dra. Hj. Safia Wualo mewakili Bupati Wakatobi, H. Haliana, SE. menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Wakatobi memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan konservasi ini. “Pemerintah Daerah siap mendukung penuh, tidak hanya pada penanaman mangrove, tapi juga pada upaya kegiatan konservasi lainnya seperti transplantasi karang dan pelestarian penyu. Bersama, kita wujudkan Wakatobi yang lestari dan berkelanjutan!” tegasnya. Ini menjadi bukti bahwa konservasi tidak bisa berjalan sendiri. Justru dari sinergi inilah akan tumbuh rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama terhadap keberlanjutan alam. Perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Wakatobi, instansi vertikal seperti TNI-Polri, komunitas lokal serta LSM/NGO lingkungan dan mitra konservasi hadir sebagai bentuk komitmen pengelolaan Wakatobi yang lestari dan berkelanjutan.

Hari Mangrove Sedunia 2025 menjadi pengingat bahwa aksi konservasi harus terus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Melalui kerja sama, edukasi, dan aksi nyata, kita dapat menjaga keberadaan mangrove sebagai bagian penting dari ekosistem pesisir Indonesia, khususnya di Wakatobi sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), punya posisi strategis dan peran penting dalam konservasi ekosistem laut-pesisir yang menjadi tulang punggung pariwisata berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini, Wakatobi menyampaikan pesan kuat: bahwa konservasi bukan tugas satu lembaga, melainkan tanggung jawab bersama. Mulai dari pemerintah, generasi muda, komunitas lokal, hingga pengunjung yang hanya singgah—semua bisa menjadi aktor yang berkontribusi memberikan solusi.

Tidak ada kata terlambat untuk peduli. Justru sekarang adalah saat yang paling tepat. Karena mangrove, sebagaimana ekosistem lainnya, tidak menunggu. Ia bertumbuh jika dirawat, tetapi menghilang jika diabaikan.

Satu harapan, tertanam di hati peserta bahwa aksi hari ini akan menjadi cerita baik untuk masa depan. Bahwa dari Wakatobi, sebuah kisah berhasil menyatukan manusia dan alam terus tumbuh.

Hari Mangrove Sedunia di Wakatobi bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah ajakan, adalah panggilan, adalah Langkah awal menuju bumi Lestari. Dan seperti mangrove yang tumbuh kuat di antara pasang-surut, semoga semangat kita dalam menjaga alam juga terus mengakar dan menjulang, tak tergoyahkan.

Sumber: Tasya Febrina Utami, S. Hut. – PEH Ahli Pertama Balai Taman Nasional Wakatobi (Penulis) dan Prima Sagita, S. Hut. – Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama Balai Taman Nasional Wakatobi (Editor)

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini