Kehormatan, Kader Konservasi Alam KPA GRAS Terpilih Ikuti Conservation Leadership Training Batch VIII YOSL-OIC

Rabu, 16 Juli 2025 BBKSDA Sumatera Utara

Langkat, 16 Juli 2025. Kader Konservasi Alam binaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, Nurhabli Ridwan, yang juga Founder Perhimpunan Penjelajah Alam Bencana dan Konservasi Generasi Rimba Alam Semesta (GRAS), mendapat kehormatan dan kesempatan terpilih sebagai salah satu peserta kegiatan Conservation Leadership Training (CLT) Bacth VIII Tahun 2025. Kegiatan CLT ini diselenggarakan oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dimulai dari angkatan I pada akhir tahun 2018 selanjutnya dilaksanakan setiap tahun, sebagai wadah pelatihan kepemimpinan konservasi yang ditujukan kepada generasi muda dari wilayah Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memiliki minat pada konservasi dan ingin berkontribusi dalam perubahan lingkungan untuk upaya konservasi ekosistem hutan.

 

Tujuan program CLT adalah melahirkan generasi muda yang peduli lingkungan dan konservasi serta memberikan penyadartahuan konservasi sebagai pondasi awal dalam pemahaman dan peningkatan kapasitas di bidang konservasi.

 

Dari ratusan calon peserta yang mendaftar, peserta yang lolos seleksi dan mengikuti CLT Bacth VIII tahun 2025 berjumlah 28 orang, terdiri dari 12 peserta dari Provinsi Aceh dan 16 peserta dari Sumatera Utara. Pelatihan ini berlangsung selama 2 sesi, sesi pertama dilaksanakan di lokasi Restorasi Cinta Raja III selama 7 hari dari tanggal 10 – 16 Juni 2025 dan sesi kedua dilaksanakan di Sekolah Alam Leuser, Desa Bukit Mas, Kabupaten Langkat selama 7 hari dari tanggal 30 Juni – 06 Juli 2025.

 

Hari pertama peserta belajar tentang Pengenalan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser oleh Kepala Seksi SPTN Wilayah VI Bapak Andoko Hidayat, kemudian malam harinya materi Pengantar Konservasi yang dibawakan oleh Direktur Spesies & Perlindungan Habitat YOSL-OIC, Indra Kurniawan, dan dilanjutkan materi Pengenalan Program-program Konservasi oleh Direktur Sustainable Landscape OIC, Binur D Naibaho.

 

Di hari kedua, penyampaian materi tentang Restorasi Ekosistem pada lokasi Restorasi YOSL-OIC, mengenal tahapan-tahapan restorasi, fenologi dan pemuliaan tanaman. Masing-masing peserta menanam pohon di sekitar kawasan restorasi. Dilanjutkan dengan praktek pengenalan pohon dan tracking ke air terjun yang sangat indah di tengah hutan yang bernama “3 Brothers Waterfall”.

 

Hari ketiga peserta belajar tentang materi Geographic Information System (GIS) dan Riset Biodiversity oleh Tim GIS YOSL-OIC, pemateri menjelaskan tentang GIS, navigasi darat, drone dan camera trap. Navigasi adalah teknik untuk menentukan posisi dan arah sedangkan navigasi darat adalah teknik menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat. Selanjutnya penjelasan tentang penggunaan drone dalam melakukan riset biodiversity dan juga peralatan pedoman arah yaitu peta, kompas, altimeter, protaktor/busur, alat tulis dan GPS.

 

Hari keempat, peserta belajar materi SMART – PATROL oleh Tim Patroli YOSL-OIC. Patroli hutan adalah salah satu bentuk pengamanan yang dilakukan baik secara fungsional maupun gabungan. SMART (Spacial Monitoring and Reporting Tool) merupakan sebuah sistem yang dilengkapi dengan perangkat untuk merencanakan, mendokumentasikan menganalisis, melaporkan, dan mengelola data keanekaragaman hayati dan data patroli (data ancaman). Adapun alat-alat yang dibutuhkan saat patroli yaitu, GPS, kompas, alat ukur, peta, kamera, tally sheet, obat-obatan dan lain lain. Setelah penyampaian materi, selanjutnya peserta dibagi dalam beberapa kelompok dan langsung praktek ke hutan. Di hutan para peserta menemukan jejak satwa, jerat dan pakan satwa. Lalu peserta mendokumentasikan temuan ke dalam tally sheet.

 

Untuk hari kelima peserta belajar materi Human Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) oleh Tim HOCRU OIC. Tugas HOCRU yaitu mengumpulkan informasi konflik satwa liar, menggali tingkat pemahaman masyarakat tentang spesies satwa yang merusak tanaman, melakukan pencegahan dan penanggulangan konflik satwa liar dan sosialisasi metode mitigasi tradisional yang efektif. Salah satu penyebab terjadinya interaksi negatif dengan satwa liar adalah perilaku manusia yang mengakibatkan kerusakan dan fragmentasi habitat, sehingga meningkatkan jumlah populasi satwa liar yang terdesak mendekati pemukiman manusia. Tim rescue idealnya beranggotakan 6 orang;  terdiri dari 1 orang medis, 1 orang Polhut, 2 orang sniper, 1 orang teknisi dan 1 orang supir. Perlengkapan tim rescue senapan/sumpit bius, perlengkapan medis, jaring dan tas, alat panjat pohon 1 set dan kandang transport. Seusai penyampaian materi, peserta melakukan simulasi menjadi tim HOCRU.

 

Selanjutnya hari keenam, peserta belajar materi Community Development yang disampaikan oleh Tim ComDev YOSL-OIC. Dalam materi ini peserta diajarkan menyusun program melalui hasil identifikasi, analisis ide sehingga memberikan dampak yang baik bagi masyarakat, lalu hasil program yang disusun dipresentasikan.

 

Di Sesi II, CLT dilanjutkan pada tanggal 30 Juni – 06 Juli 2025 di Sekolah Alam Leuser, Desa Bukit Mas, Kab. Langkat. Pada sesi ini, materi yang disampaikan lebih beragam yaitu tentang Kepemimpinan dalam Konservasi, THE WAY OF THINKING Pengenalan Pengelolaan Proyek (Project Management), Pengenalan Isu Perubahan iklim dan keterkaitan dengan konservasi sumber daya alam, Memperkenalkan peserta pada cara kerja dan hubungan dengan media berkaitan dengan kampanye isu lingkungan dan sumber daya alam, serta Social Media and Campaign.


 

Selain materi di atas, diberikan juga materi Diskusi Project, dimana dalam pembuatan Mini Project, para peserta diberi kebebasan berpikir dan mengembangkan ide-ide kreatif, yang diharapkan menghasilkan project berkelanjutan untuk keberlangsungan konservasi lingkungan hidup dan satwa dilindungi. Salah satu project yang akan dijalankan oleh alumni CLT Bacth VIII di bulan Agustus 2025 adalah kegiatan Orangutan Festival 2025 di Aceh. Project ini merupakan rangkaian program usai mengikuti CLT.

 

CLT Batch VIII ini memiliki peran penting dalam membangun kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda dan juga merupakan upaya untuk memastikan keberlanjutan kegiatan konservasi di masa depan. Banyak orang yang masih belum memahami sepenuhnya peran penting hutan dalam ekosistem, mulai dari menjaga siklus air, hingga menjadi habitat bagi flora dan fauna di dalamnya. Dengan mengikuti CLT Batch VIII ini akan semakin sadar akan dampak aktivitas manusia khususnya generasi muda terhadap alam. Kesadaran ini akan mendorong perubahan perilaku untuk lebih peduli lingkungan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

 

 

 

CLT Batch VIII ini juga membuka peluang untuk membangun jaringan profesional dengan orang-orang yang memiliki kepedulian dan minat yang sama. Mereka yang memiliki visi konservasi dapat saling berbagi pengalaman, strategi dan solusi dalam menangani tantangan yang ada. Kolaborasi antar-profesional ini akan sangat bermanfaat dalam memperkuat upaya konservasi hutan dan melindungi alam dari kerusakan lebih lanjut.

 

Sumber : Nurhabli Ridwan ( Kader Konservasi Alam / KPA GRAS ) - Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini