Senin, 06 Oktober 2025 BBKSDA Sumatera Utara
Sipirok, 6 Oktober 2025. Untuk memperkuat upaya pelestarian ekosistem, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara melalui Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan bersama Direktorat Pemulihan Ekosistem dan Bina Areal Preservasi (PEBAP) Kementerian Kehutanan menyelenggarakan Wokshop identifikasi potensi areal preservasi secara partisipatif pada lanskap Batang Toru, bertempat di Hotel Tor Sibohi Nauli, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kamis (2/10/2025).
Kegiatan ini menjadi langkah strategis Balai Besar KSDA Sumatera Utara untuk memperkuat sinergi lintas sektoral dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian ekosistem, keberlanjutan usaha dan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar lanskap Batang Toru.
Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Novita Kusuma Wardani, S. Hut., M.AP., M. Env., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan atas terbitnya Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2024 tentang Penataan Lintasan Satwa Liar sebagai tindak lanjut dari Amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2024.
Menurut Novita, kebijakan tersebut mencerminkan komitmen daerah dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan dapat menjadi role model pengelolaan areal preservasi di tingkat nasional.
Sejalan dengan hal tersebut, Bupati Tapanuli Selatan, H. Gus Irawan Pasaribu, S.E., Ak., M.M., CA., juga menyampaikan dukungan agar Kabupaten Tapanuli Selatan dapat menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan areal preservasi yang berkelanjutan. Dalam pandangannya, pengelolaan areal preservasi seperti Batang Toru harus mampu menghadirkan keseimbangan antara pelestarian lingkungan, peluang usaha, kesejahteraan masyarakat dan konservasi keanekaragaman hayati (KEHATI).
Penyelenggaraan worskhop ini memiliki makna penting mengingat lanskap Batang Toru merupakan salah satu kawasan dengan nilai ekologis yang sangat tinggi. Kawasan ini menjadi habitat bagi berbagai satwa, termasuk Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) yaitu kera besar yang dilindungi, serta berbagai flora dan fauna endemik lainnya.
Melalui workshop ini, Balai Besar KSDA Sumatera Utara berupaya memperkuat kolaborasi lintas sektor agar pengelolaan areal preservasi tidak hanya berorientasi kepada lingkungan, tetapi juga memperhatikan dimensi sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Melalui pendekatan partisipatif yang diterapkan, menjadi sarana guna memastikan bahwa pelestarian alam dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan ini juga sebagai penegasan bahwa pelestarian areal preservasi bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan hasil dari sinergi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat hingga komunitas adat yang selama ini menjaga hutan dengan kearifan lokal. Sehingga workshop ini bukan hanya menjadi forum diskusi teknis tetapi juga menjadi momentum strategis untuk mewujudkan tata kelola konservasi berbasis partisipasi dan berkelanjutan di lanskap Batang Toru.
Workshop tersebut turut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, pemegang izin usaha, lembaga swadaya masyarakat, serta kelompok masyarakat Hatabosi yang aktif dalam konservasi berbasis kearifan lokal.
Berbagai narasumber turut berbagi pengalaman dan pandangan mengenai pengelolaan areal preservasi. Di antaranya, Dewi Sulastriningsih, Kasubdit Bina Areal Preservasi Kementerian kehutanan, yang menekankan pentingnya penguatan konservasi keanekaragaman hayati di tengah tiga krisis planet yaitu perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.
Sementara itu, Patar D.R. Manalu, S.E., QIA dari PTPN IV Kebun Batang Toru menjelaskan komitmen perusahaan untuk menjaga area Nilai Konservasi Tinggi (NKT) seluas 337 Ha, dan Julius Paulus Siregar dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) menyoroti urgensi pembangunan koridor ekologis satwa khususnya orangutan dengan jembatan arboreal dan sinkronisasi program kabupaten.
Dari unsur masyarakat, Erwin Pasaribu, Ketua Kelompok Masyarakat Hatabosi, membagikan praktik kearifan lokal dalam menjaga hutan dan sumber air, dengan filosofi “Sian harangan do mual di aekta, sian aek i do mual ni ngolutta” (dari hutan sumber air kita, dari air sumber kehidupan kita).
Dalam diskusi kelompok yang dipandu oleh Kepala Bidang KSDA Wilayah III, Susilo Ari Wibowo, S. Hut., M. Sc, dihasilkan sejumlah kesepakatan dan identifikasi potensi areal preservasi yang akan menjadi dasar penyusunan mekanisme kolaboratif pengelolaan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Melalui workshop ini, Balai Besar KSDA Sumatera Utara berharap akan terwujud sinergi keberlanjutan antar pemangku kepentingan untuk melindungi kawasan Batang Toru sebagai lanskap penting untuk konservasi keanekaragaman hayati di Sumatera Utara.
Sumber: Bidang KSDA Wilayah III-Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5