Senin, 14 Juli 2025 BBKSDA Sumatera Utara
Sibolangit, 14 Juli 2025. Rodiah, nenek dari 7 cucu, pagi itu terlihat gesit dan lincah saat membersihkan seluruh kandang satwa yang ada di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Sibolangit. Semua sudut kandang tak luput dari siraman air dan sapuannya, seolah-olah ingin memastikan bahwa kandang tersebut bersih dan bebas dari kotoran satwa.
Itu merupakan tugas rutin Rodiah setiap hari saat mengawali pekerjaannya. Rodiah sadar kandang yang kotor selain tidak nyaman dipandang mata, juga tidak sehat bagi satwa-satwa penghuni kandang. Penyakit bisa muncul setiap saat bila lingkungan tidak bersih dan sehat, ketentuan ini bukan hanya berlaku bagi manusia tetapi juga satwa liar yang rentan terkontaminasi penyakit bila lingkungannya tidak steril.
Rodiah terlahir di Jakarta, 1 Maret 1968, sebagian besar kehidupannya dijalani di pulau Jawa. Melewati pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kadungora 5 tamat tahun 1979, dan dilanjutkan di SMP Sanawiyah tahun 1985 serta SMA Negeri Muhammadiyah tahun 1988. Setamat sekolah, Rodiah pernah menggeluti pekerjaan sebagai babysitter di daerah Cileungsi dan pekerja pabrik di daerah Ciputat.
Mulai bergabung dengan Balai Besar KSDA Sumatera Utara pada tahun 2015. Bermula ketika Kepala Resor CA./TWA. Sibolangit pada waktu itu, Samuel Siahaan, menawarkan kepadanya untuk menjadi keeper satwa di Unit Perlindungan Satwa Pusat Penyelamatan Satwa Sibolangit, karena saat itu kandang-kandang dalam keadaan penuh dengan satwa baik penyerahan warga maupun titipan dari aparat penegak hukum. Seiring dengan perjalanan waktu, sekarang ini Rodiah berstatus kepegawaian PPPK tahun 2025 yang tinggal menunggu Surat Keputusan (SK) dengan tugas sebagai perawat satwa.
Selain pembersihan kandang, pekerjaan yang digelutinya setiap hari adalah pengecekan kandang untuk memastikan kandang dalam keadaan baik dan tidak ada kerusakan, kemudian menyiapkan pakan satwa dengan tetap menjaga sterilisasi kebersihannya, memberi pakan melalui pengaturan asupan yang sesuai kebutuhan dan gizi satwa, serta mengamati pola dan perilaku satwa untuk melihat apakah ada tanda-tanda atau gejala-gejala satwa dalam kondisi kurang sehat atau sakit agar segera mendapatkan penanganan medis dari dokter hewan.
Memberikan pakan satwa dengan memperhatikan kebutuhan akan gizi satwa
Saat ditanya pengalamannya pertama kali mengenal dan menangani satwa di PPS Sibolangit dengan serba keterbatasan pengetahuan, sampai akhirnya menjadi mahir dan bahkan menjadi sahabat dari satwa-satwa penghuni PPS Sibolangit, Rodiah mengisahkan bahwa awal-awalnya memang ia merasa cemas dan takut, perasaan yang wajar tentunya karena belum pernah menangani satwa sehingga perlu kehati-hatian serta selalu waspada. Namun dibawah bimbingan dokter hewan, yang selalu mengingatkan dalam merawat satwa harus dengan kasih sayang, karena pada dasarnya satwa-satwa tersebut juga sama seperti manusia, punya naluri butuh perhatian dan kasih sayang. Khusus kepada satwa yang memiliki sifat/karakter sedikit liar, seperti: Beruang, Macan Dahan, dan Burung Elang, penanganannya membutuhkan perhatian khusus dan kesabaran. Satwa-satwa liar ini pernah menjadi penghuni di PPS Sibolangit. Rodiah akhirnya berhasil menerapkan arahan dan bimbingan dokter hewan, sehingga perawatan satwa sampai saat ini berjalan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti.
Setiap ada kesempatan, Rodiah berinteraksi dan berkomunikasi menyapa satwa
Ada hal yang tidak menyenangkan baginya, ketika satwa yang berada di PPS Sibolangit akan dilepasliarkan, saat-saat seperti itu menjadi momen yang paling menyedihkan dan menyentuh hati. Teringat dan terkenang waktu merawatnya, berinteraksi menyatu dengan penuh kasih sayang, bahkan sudah seperti merawat anak sendiri. Tak jarang air mata ikut menetes melepas kepergiannya, seolah-olah tak rela ditinggal. Namun Rodiah akhirnya tersadar dan mengerti bahwa rumah serta kehidupan satwa-satwa tersebut sejatinya adalah di kawasan hutan. Itulah yang membuatnya ikhlas melepas kepergian satwa-satwa tersebut.
Ikut mengantarkan satwa “asuh” pulang ke habitatnya
Usianya sekarang ini sudah tidak muda lagi, tapi cintanya buat satwa-satwa yang dirawat di PPS Sibolangit menembus batas umur. Satu hal yang diamalkannya, bahwa profesinya sebagai perawat satwa dijadikan sebagai ladang ibadah untuk membagi kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Meskipun satwa-satwa itu tidak bisa berbicara langsung, namun nalurinya bisa menangkap isyarat dari tatapan dan gerak gerik perilaku satwa tersebut, ada ungkapan rasa syukur dan terimakasih sudah mendapatkan perawatan yang penuh kasih sayang. Rodiah tidak tahu pasti kapan waktunya dia akan menyelesaikan tugas mulia ini, namun tekatnya sepanjang Yang Maha Kuasa memberikan kesehatan dan pemerintah melalui Balai Besar KSDA Sumatera Utara masih memberi kepercayaan, maka ia akan tulus mengabdikan dirinya demi kelestarian satwa liar.
Sumber: Evansus Renandi Manalu (Penelaah Teknis Kebijakan) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5